Beranda Headline

Ghofur, Jukir Resmi Minimarket yang Pernah Dikepung 12 Jukir Liar

Ghofur Jukir Resmi Minimarket Pakai Rompi Warna Biru Bersama Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (Foto : M.Rusdi // Suksesi Nasional.com)

Suksesi Nasional.com, SURABAYA – Ditengah hiruk-pikuk Pemerintah Kota  (Pemkot) Surabaya yang lagi gencar melakukan penertiban juru parkir liar dan aksi premanisne di area toko modern (Minimarket).

Ada kisah menarik seorang pria bernama Ghofur Qhuzaini (37) warga Kota Surabaya.

Dahulu, ia berdiri tegak sebagai petugas sekuriti menjaga keamanan dengan seragam dan kewibawaan.

Kini, ia berseragam berbeda—rompi juru parkir resmi minimarket—namun semangatnya tak pernah berubah, mencari nafkah dengan cara yang jujur dan terhormat.

Ghofur adalah satu dari sedikit pejuang di garda depan kebijakan baru Pemerintah Kota Surabaya.

Pemkot berkomitmen menertibkan praktik jukir liar yang kerap menekan warga dengan paksaan dan ancaman.

Kini, hanya jukir resmi—mereka yang direkrut melalui sistem dan dibekali rompi bertanda perusahaan—yang boleh berjaga. Tidak ada pungutan parkir dari pelanggan. Tidak ada intimidasi.

Namun, di balik sistem yang mulai tertata itu, Ghofur menghadapi gelombang perlawanan dari mereka yang merasa terusik jukir liar. Ia pernah dikepung.

Bukan satu atau dua orang. Belasan pria, datang dengan sorot mata penuh amarah, ingin mengusir, bahkan mengeroyoknya.

“Waktu itu di Jalan Basuki Rahmat, sampai 12 orang datang kayak mau ngeroyok,” kenangnya dengan suara berat.

Ia bahkan sempat khawatir akan dibacok. Setiap hari, selama delapan jam, Ghofur menjaga lalu lintas dan area parkir minimarket. Ia berpindah-pindah lokasi sesuai penugasan. Tak ada kemewahan.

Baca Juga :  Kasus Pembuangan Bayi di Jalan Sencaki Terungkap, Ini Pengakuannya

Hanya satu hari libur seminggu, dan gaji setara UMK Surabaya 2025. Terkadang ada lembur, terkadang tidak.

Tapi ada satu hal yang membuatnya tetap bertahan—harga diri sebagai pekerja yang sah.

“Orang saya laki-laki, saya kerja niat cari nafkah. Apapun risikonya, saya hadapi,” ujarnya dengan tegas, namun matanya menyiratkan kelelahan yang tak bisa disembunyikan.

Ia bukan hanya jukir. Ia adalah simbol perlawanan terhadap praktik-praktik liar yang telah lama mencengkram kehidupan kota.

Ghofur kini menjadi saksi hidup dari sebuah perubahan besar: bagaimana negara hadir melalui regulasi, dan bagaimana rakyat kecil seperti dirinya menjadi bagian penting dalam transformasi itu.

Namun perjuangannya tak bisa dibiarkan sendiri. Ia berharap, negara tidak hanya hadir lewat kebijakan, tetapi juga melalui perlindungan nyata di lapangan.

“Saya tidak minta muluk-muluk. Cuma minta ada yang jaga kami. Karena kami kerja ini untuk makan, bukan untuk cari ribut,” katanya.

Di jalan-jalan kota, di pelataran minimarket, nama Ghofur mungkin tak dikenal banyak orang. Tapi setiap langkahnya adalah bukti bahwa kejujuran belum mati.

Dan di balik rompi parkir sederhana itu, tersimpan hati yang berani melawan arus, demi hidup yang lebih baik.(rus)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini