Suksesi Nasional, NTT – Belasan Mahasiswa Manggarai yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Pocoleok melakukan aksi demo mengecam tindakan keras oleh aparat gabungan TNI, POLRI dan Satpol PP Manggarai saat pengamanan aksi masyarakat Poco Leok menolak pembangunan Geotermal pada 2 Oktober 2024 lalu.
Aliansi Mahasiswa Peduli Pocoleok mendatangi beberapa lokasi di Ruteng pada Kamis, 3 Oktober 2024. Sambil membawa keranda bertuliskan “RIP Keadilan”, mereka juga bentangkan spanduk kecil berisi protes terhadap tindakan represif aparat gabungan dalam mengamankan aksi jaga kampung warga Poco Leok menolak pembangunan Geotermal di wilayah tersebut.
Mahasiswa juga mengecam tindakan aparat yang menahan jurnalis media Floresa Hery Kabut saat kejadian.
Aliansi Mahasiswa ini lakukan aksi damai dari halaman kampus Unika St. Paulus Ruteng long march ke Kodim 1612 Manggarai, kantor bupati Manggarai dan berakhir di halaman Mapolres Manggarai.
Para mahasiswa bergantian berorasi sepanjang perjalanan. Aksi damai para mahasiswa mengecam tindakan represif aparat gabungan TNI, POLRI dan Satpol PP Manggarai saat warga Poco Leok menghalangi pengukuran tanah ulayat mereka oleh Pemkab Manggarai untuk pembangunan Geotermal di Ulumbu.
Di markas kodim 1612 Manggarai para mahasiswa diterima oleh komandan Kodim 1612 Manggarai, Letkol Arh. Drian Priyambodo, S.E. Dihadapan para mahasiswa Letkol Arh.
Drian Priyambodo, S.E. menjelaskan pentingnya proyek geotermal ini bagi masyarakat Manggarai kedepannya dalam hal ketersediaan listrik untuk masyarakat. Benar, Ibu kandung TNI adalah masyarakat, tidak mungkin menyakiti hati masyarakat. TNI selalu membantu kegiatan masyarakat.
Situasi saat ini masyarakat yang kontra hanya sebagian. Ada masyarakat yang sudah mendapat ganti untung, jelas Letkol Arh. Drian. Masukkan dari mahasiswa akan ditindaklanjuti kepada Pemda Manggarai, yang memutuskan adalah Pemda Manggarai.
Terkait tindakan represif aparat keamanan, katanya, silahkan dilaporkan. Aparat keamanan TNI selalu mengedepankan asas netralitas dan kepentingan umum dalam pengamanan aksi masyarakat, ungkapnya. Mari kita sama-sama bangun Manggarai ini kedepannya, tambahnya.
Aksi mahasiswa ini sempat memanas terjadi di halaman kantor bupati Manggarai. Pasalnya ada oknum ASN yang berpakaian preman/tidak resmi melarang jurnalis untuk memasuki kantor bupati Manggarai. “Saya jurnalis, saya punya hak untuk meliput kegiatan aksi mahasiswa ini,” kata jurnalis petantt.news, Aris Wako.
Dihadapan Sekda Manggarai Fansi Aldus Jahang, Aris minta hadirkan oknum ASN dimaksud, kenapa dia tidak berseragam saat jam kerja kantor berlangsung.
Kepada Aliansi Mahasiswa Peduli Pocoleok sekda Fansi berjanji akan segera gelar rapat Forkopimda untuk merespons tuntutan para mahasiswa. Pihaknya akan segera melakukan rapat koordinasi dan konsolidasi untuk menentukan langkah selanjutnya.
Masukkan dari mahasiswa menjadi perhatian dan besok akan dilakukan rapat forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda). Insiden yang terjadi kemarin di lapangan jadi masukkan bagi Pemda Manggarai untuk dievaluasi oleh Forkompinda Manggarai, ungkap Sekda Fansi.
Hal senada juga diungkapkan Kapolres Manggarai AKBP Edwin Saleh, S.I.K, M.H bahwa Geotermal itu merupakan Proyek Strategis Nasional(PSN). Berkaitan dengan penangkapan 4 orang warga, Kapolres Edwin menjelaskan perbedaan antara penangkapan dan pengamanan.
Kalau penangkapan berkaitan dengan pelanggaran hukum sedangkan pengamanan atau diamankan maksudnya menghindari yang bersangkutan menjadi korban atau menjadi pelaku.
Dari 4 orang yang diamanahkan termasuk jurnalis Floresa, sebab dia mengaku dari media tapi tidak menunjukkan kartu Pers. Diamankan untuk menghindari jadi korban atau menjadi pelaku. Sore hari ke 4 orang yang diamankan di pulangkan aparat.
Menyangkut 1 orang warga Poco Leok yang dirawat di RS dr Ben Mboi Ruteng Kapolres Edwin siap membiayai. Warga yang dirawat, saya biayai sendiri,” ungkap Edwin. (Beni L)