Suksesi Nasional, Lamongan-Dalam rangka menggugah kesadaran sejarah dan spiritualitas masyarakat, khususnya generasi muda, Camat Glagah bersama masyarakat menggagas kegiatan Napak Tilas Mbah Ki Boyo Pati, seorang tokoh sepuh yang dihormati dan diyakini sebagai pelopor peradaban Islam di wilayah Glagah, Kabupaten Lamongan, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Kegiatan napak tilas ini diikuti oleh 69 peserta dari berbagai unsur, termasuk pemerintah desa, lembaga pendidikan, dinas/instansi, UPT/Korwil KKN, serta perguruan dan kelompok persilatan. Hal ini menunjukkan keterlibatan lintas sektor dalam menghidupkan kembali sejarah lokal yang sarat makna.
Prosesi napak tilas diawali dengan ziarah ke makam Mbah Ki Boyo Pati, pembacaan tahlil, serta penelusuran jejak spiritual dan perjuangan beliau di berbagai titik penting di wilayah Glagah.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan Nalikan yang turut hadir sekaligus memberangkatkan peserta napak tilas mengatakan, kegiatan ini menjadi ajang refleksi dan penghormatan terhadap perjuangan Mbah Ki Boyo Pati, yang tidak hanya dikenal sebagai tokoh agama, tetapi juga sosok yang turut membangun fondasi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Glagah.
“Napak tilas ini bukan sekadar ritual atau seremoni, tetapi upaya untuk menanamkan kembali nilai-nilai perjuangan, kerja keras, dan spiritualitas yang telah diwariskan oleh Mbah Ki Boyo Pati kepada masyarakat Glagah,” ujar Sekda Nalikan.
Menurut Sekda, Glagah memiliki sejarah panjang dalam pengembangan peradaban Islam yang menyatu erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Nilai-nilai keislaman tidak hanya hidup dalam bentuk ibadah, tetapi juga menjadi semangat dalam menjalankan aktivitas ekonomi, terutama di bidang pertanian, perikanan, dan perdagangan.
Tradisi kerja keras masyarakat Glagah bisa terlihat jelas dalam pola hidup mereka, setelah menanam padi atau menebar benih ikan, mereka akan memanfaatkan waktu luang untuk berdagang di kota-kota besar seperti Gresik, Surabaya, bahkan Sidoarjo. Banyak di antara mereka yang menjalani usaha kuliner seperti soto, nasi goreng, tahu campur, tahu tek, hingga warung kopi, sebagai bentuk adaptasi dan ketangguhan ekonomi.
Uniknya, ikan lele, yang secara simbolis diasosiasikan dengan Mbah Ki Boyo Pati, menjadi representasi semangat hidup masyarakat Glagah: lincah, agresif, tahan banting, dan adaptif dalam berbagai situasi. Karena penghormatan yang begitu tinggi terhadap tokoh ini, sebagian warga bahkan menjadikan pantangan memakan ikan lele sebagai bentuk penghormatan spiritual terhadap sosok Mbah Ki Boyo Pati.
“Ikan lele bukan sekadar ikan, tapi simbol dari perjuangan dan filosofi hidup masyarakat Glagah. Mbah Ki Boyo Pati telah memberikan teladan bagaimana menjadi manusia yang tangguh dan tetap menjaga nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan,” ungkapnya.
Ia berharap, kegiatan seperti ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Tujuannya adalah agar generasi muda tidak kehilangan akar sejarahnya, mengenal tokoh-tokoh besar di wilayahnya sendiri, dan menjadikan nilai-nilai perjuangan itu sebagai bekal dalam membangun masa depan.
“Semoga kegiatan napak tilas ini membawa spirit baru bagi masyarakat Glagah dengan kehidupan yang damai, rukun, menjunjung tinggi etos kerja, serta berlandaskan nilai-nilai Islam. Dan semoga Mbah Ki Boyo Pati terus menjadi cahaya penuntun dalam perjalanan peradaban masyarakat Glagah yang sejahtera,” tutup Sekda Lamongan.(rul)
